Senin, 27 Mei 2013 - 15:24:55 WIB
Dalam rangka meningkatkan laju pengembangkan Perkebunan di Propinsi
Sumatera Utara untuk meningkatkan pendapatan petani, salah satu langkah
yang harus ditempuh adalah upaya pengembangan seluruh potensi yang daya
tersedia antara lain pemanfaatan bibit berkualitas, peningkatan sumber
daya petani perkebunan, melakukan pembinaan tentang kemurnian dan mutu
benih, penyediaan sarana dan penggunaan teknologi tepat guna serta
pemanfaatan lahan yang tersedia untuk pengembangan perkebunan sehingga
terbentuk masyarakat Agribisnis Tanaman Perkebunan. Adanya metoda
pelaksanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : Melakukan
pengumpulan data dari lapangan yang bersumber dari instansi pembibitan,
data penangkar benih dan wawancara langsung dengan petani untuk mencapai
keberhasilan produktifitas pada tanaman kelapa sawit ada beberapa hal
cara penanggulangan di lapangan yang perlu diperhatikan antara lain:
A. KELAPA SAWIT
1. PRE NURSERY (PEMBIBITAN AWAL)
Persiapan pembibitan dengan menggunakan Polibeg standar PN berwarna
hitam untuk menghindari tranparansi dengan ukuran tinggi 22 cm, lebar 15
cm, tebal sekitar 0,5 mm dan memiliki lubang perforasi sebanyak 10
berdiameter 3 mm sebanyak tiga baris berjarak 3 x 4 cm pada bagian
setengah bawah polibag.
Tanah Top Soil yang agak gembur dan tidak kedap air dimana tanah
tersebut sebelumnya sudah dicampur dengan pupuk Dolomite 50 kg untuk
1.500 polibeg yang telah diayak dengan kawat berdiameter 1,5 - 2,0 cm.
Penyemaian tidak boleh dengan cara menekan untuk menghindari patah radikula, cangkang tertanam ± 1 cm dari permukaan tanah.
Setinggi 2m dari permukaan tanah terbuat dari daun pelepah palma,
kelapa sawit, kelapa sebanyak 4 - 5 lembar / meter bibit. Naungan
berguna sebagai pelindung bibit dari intensitas langsung sinar matahari
dan terbongkarnya akar atau benih sewaktu hujan deras. Pengurangan
pelepah dilakukan 1 lembar / 2 minggu setelah bibit berusia 4 minggu.
Bibit disiram setiap hari pada waktu pagi dan sore (tergantung curah
hujan) dengan menggunakan gembor untuk mengindari erosi tanah di
polibeg.
Bibit PN biasanya tidak dipupuk sampai umur bulan, tetapi jika
ditemukan bibit kerdil karena kondisi media tanah yang kurang baik, maka
diberikan pupuk Urea dengan konsentrasi 2gr/liter air untuk 100 bibit.
2. MAIN NURSERY (PEMBIBITAN UTAMA)
Ukuran polibeg standar dengan ukuran tinggi 210 m, lebar 7,5 cm dan
memiliki lobang peporasi sebanyak 24 berdiameter 0,5 cm dengan jarak 2 x
4 cm.
Tanahnya sama dengan sewaktu di PN, saat pengisian tanah ke polibeg
diusahan sambil diguncang untuk menghilangkan rongga-rongga udara hingga
tanah mencapai ± 5cm dari bibir polibeg.
Penaburan pupuk majemuk NPK secara merata dengan jarak 5 cm dari
bonggol untuk menghindari Plasmolisis (terbakar/mati jaringan) dengan
interval 2 minggu sampai bibit berumur 8 bulan.
Pemindahan dari PN ke MN setelah umur bibit mencapai 3 s/d 3,5 bulan,
biasanya daunnya berjumlah 4 helai untuk memperkecil terjadinya
stagnasi pada bibit. Untuk mempercepat penanaman cetakan lubang dibuat
dari pipa PVC sepanjang 15 cm.
Gulma diluar polibeg disemprot dengan herbisida jenis Roundup,
sedangkan yang berada di dalam polibeg harus dilakukan secara manual
yaitu dengan cara mencabuti rumput.
- PENANGGULANGAN PENYAKIT DAN HAMA
Untuk penyakit yang sering dijumpai pada bibit seperti Curvularia,
Helmithosporium, atau Antracnose dilakukan dengan penyemprotan Dethane,
Sekor, atau Delsene dengan takaran 30gr/liter air.
Sedangkan hama yang sering menyerang bibit yaitu uret, Apogonia sp,
ulat kantong, ulat api dan belalang dapat dilakukan dengan penyemprotan
Biosis atau Decis.
3. SELEKSI BIBIT
Hal ini sebaiknya dilakukan sejak di Pre Nursery untuk memperoleh
bibit yang baik, seragam dalam pertumbuhannya serta mempertahankan
potensi produksi kelak setelah tanaman berusia produktif. Penyebab dari
abnormalitas bibit dapat berupa salah perlakuan penanaman, penyiraman,
pemupukan, dan herbisida maupun genetik dari tanaman tersebut.
Adapun kriteria bibit abnormal yang harus diafkir sebagai berikut :
1) Bibit tumbuh berputar atau daunnya menguncup dan kaku,
2) Bibit dengan anak daun tidak merata,
3) Bibit yang terserang penyakit tajuk,
4) Bibit kerdil dibandingkan bibit lain dari persilangan dan umur yang sama,
5) Bibit yang anak daunnya pendek dan lebar,
6) Bibit yang helaian anak daunnya tumbuh rapat atau sangat jarang.
0 komentar:
Posting Komentar